Arkalearn

Blog

5 Etika Kerja Jepang yang Wajib Diketahui Calon Pekerja Migran

Fakta

5 Etika Kerja Jepang yang Wajib Diketahui Calon Pekerja Migran

Admin

26 Desember 2025

Etika Kerja Jepang yang Wajib Diketahui Calon Pekerja Migran

Kalau kita bicara soal kerja di Jepang, pasti kata yang paling sering mampir di telinga adalah Kaizen atau perbaikan terus-menerus. Tapi tahu nggak sih, dunia kerja di Negeri Sakura itu punya aturan main yang jauh lebih dalam dari sekadar Kaizen.

Buat kamu lulusan SMK yang berencana mengambil program Tokutei Ginou atau magang, memahami etika kerja ini sama pentingnya dengan menguasai bahasa Jepang. Biar nggak kaget pas sudah sampai di sana, yuk kita bedah etika kerja Jepang yang jarang dibahas tapi wajib kamu tahu!

5 Etika Kerja Jepang yang Wajib Diketahui Calon Pekerja Migran

1. Budaya Hou-Ren-So (Lapor, Hubungi, Konsultasi)

Di Jepang, komunikasi dalam tim adalah segalanya. Mereka punya prinsip Hou-Ren-So, singkatan dari:

  • Hokoku (Lapor): Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan, baik itu sukses maupun gagal.
  • Renraku (Menghubungi): Menginfokan hal-hal teknis atau perubahan jadwal kepada rekan tim agar semua orang tahu kondisi terbaru.
  • Sodan (Konsultasi): Bertanya atau minta saran sebelum mengambil keputusan besar.

Kenapa penting? Orang Jepang sangat menghindari "kejutan" buruk. Dengan Hou-Ren-So, kamu dianggap sebagai pemain tim yang bertanggung jawab dan transparan.

2. Prinsip 5S yang Lebih dari Sekadar Bersih-Bersih

Mungkin kamu sudah pernah dengar 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) saat sekolah di SMK. Tapi di Jepang, 5S bukan cuma slogan di tembok bengkel, melainkan gaya hidup. 

Mereka percaya bahwa tempat kerja yang rapi mencerminkan pikiran yang disiplin. Jangan kaget kalau sebelum dan sesudah bekerja, ada waktu khusus untuk bebersih secara total. Kedisiplinanmu dalam menjaga alat kerja bisa jadi penilaian utama performamu, lho!

3. "On-Time" di Jepang Berarti Datang Lebih Awal

Di Indonesia, mungkin datang pas jam masuk masih dianggap wajar. Tapi di Jepang, kalau jam kerja dimulai pukul 08.00, maka pukul 07.50 kamu sudah harus siap di posisi kerja dengan seragam lengkap. 

Datang tepat waktu dianggap "terlambat" karena kamu belum punya waktu untuk bersiap. Prinsip 10 Minutes Act (datang 10 menit lebih awal) menunjukkan bahwa kamu menghargai waktu orang lain dan perusahaan.

4. Omoiyari dan Kizukai (Peka Terhadap Lingkungan)

Ini adalah etika yang jarang diajarkan di buku teks. Omoiyari artinya empati, sedangkan Kizukai artinya perhatian. Dalam bekerja, kamu diharapkan bisa "membaca suasana" (Kuuki wo yomu). 

Misalnya, kalau kamu lihat rekan kerjamu lagi kerepotan, tanpa diminta kamu sebaiknya menawarkan bantuan. Atau sekadar membereskan sampah yang bukan milikmu. Sikap proaktif dan peka ini bakal bikin kamu sangat disukai oleh atasan Jepang.

5. Hansei (Refleksi Diri Setelah Melakukan Kesalahan)

Di Jepang, melakukan kesalahan itu manusiawi, tapi tidak mengakui kesalahan adalah masalah besar. Etika Hansei mengajarkan kita untuk berani mengakui kesalahan, meminta maaf secara tulus, dan menjelaskan langkah apa yang akan diambil supaya kesalahan itu nggak terulang lagi. Hindari memberi alasan atau menyalahkan keadaan, karena itu dianggap tidak profesional.

Memahami budaya kerja ini memang menantang, tapi bukan berarti nggak bisa dipelajari. Semakin kamu paham etika mereka, semakin cepat kamu bakal beradaptasi dan sukses berkarier di sana. Ingat, skill teknik dari SMK itu modal bagus, tapi attitude kerja ala Jepang yang bakal bikin kamu bertahan lama.

Untuk membantu kamu lebih siap menghadapi tantangan kerja dan bahasa di Jepang, Arkalearn hadir sebagai solusi tepat. 

Arkalearn adalah tempat kursus belajar bahasa Jepang yang dirancang khusus bagi para calon pekerja migran, termasuk lulusan SMK seperti kamu. Di sini, kamu nggak cuma belajar tata bahasa untuk lulus ujian sertifikasi, tapi juga dibekali dengan pemahaman budaya dan etika kerja nyata di lapangan. 

Dengan metode pembelajaran yang praktis dan bimbingan intensif, Arkalearn siap mendampingimu meraih mimpi berkarier sukses di Jepang dengan persiapan yang matang dan mental yang tangguh.

Bagikan Artikel